Omicron Berpotensi Bikin Restoran 'Mati Suri'? | Food Market Hub

Omicron Berpotensi Bikin Restoran ‘Mati Suri’?

Kenaikan kasus positif Covid Omicron yang konsisten telah melebihi puncak gelombang pertama. Menurut Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita, pada puncak gelombang pertama, ada 88 ribu kasus.

Semntara minggu lalu, penambahan sudah melebihi 170 ribu kasus. “Hampir dua kali lipat puncak lonjakan pertama,” katanya. Tak ayal, restoran menjadi salah satu sektor yang terancam mati suri selain mal, transportasi dan usaha kecil.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkap, pembatasan kegiatan (PPKM) dapat menurunkan kepercayaan konsumen untuk berbelanja dan menutup sektor tersebut.

Pernyataan ini diperkuat oleh data Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) dan Perhimpunan Hotel dan Kegiatan Masyarakat (PHRI) yang menunjukkan, adanya penurunan kunjungan ke restoran, mal dan hotel sebesar 15%.

Hal ini sebagai dampak dari pemberlakuan PPKM level 3. Meski demikian, menurut Ketua PHRI DKI Jakarta Sutrisno Iwantono, bisnis restoran masih memiliki kondisi yang lebih baik ketimbang perhotelan.

“Okupansi restoran lebih baik dari hotel. Orang tetap harus makan,” terangnya. Bukan tanpa alasan, kondisi restoran dianggap lebih baik karena saat ini kapasitas yang diperbolehkan untuk makan di tempat adalah 60%.

Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memaparkan, “Untuk warteg dan lapak jajan dapat dibuka sampai jam 21.00 maksimal bisa 60%. Restoran atau kafe dapat dibuka maksimal 60% pengunjung sampai 21.00.”

Agar mampu bertahan di kondisi yang menantang ini, para pengusaha restoran harus cerdik menghadapi situasi. Misalnya dengan mengadopsi teknologi untuk menjaga agar semua pengeluaran tetap terawasi dan efisien.

Platform Food Market Hub bisa menjadi salah satu solusinya. Menggunakan platform manajemen inventaris ini, pengusaha restoran mampu membuat proyeksi masa pakai bahan baku secara real-time sehingga dapat mengurangi bahan baku yang terbuang sia-sia yang pada akhirnya menjadi beban dalam pembukuan.

Scroll to Top